Jombang, www.jatimkukini.com – Pemerintah Desa Penggaron, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, menggelar acara Grebeg Suro juga bersih dusun atau ruwat dusun, di Dusun Sukoharjo. Grebeg Suro ini digelar dalam rangka memperingati 1 Muharram Tahun Baru Islam, 10 Muharram memperingati sejarah para nabi, dan tanggal 15 Bulan Suro merupakan Hari Jadi Dusun Sukoharjo. Minggu (13/7/25).
Dikisahkan, wilayah perdusunan Sukoharjo pada masa lalu masih berupa hutan, yang kemudian dibabat oleh Panjenengan Dalem Mbah Buyut Nolo Drono, dan Imam Suwondo. Pada hutan tersebut akhirnya dibuka menjadi dusun bernama Dusun Sukobendu. Pada saat ini berdasarkan musyawarah dan kesepakatan anak-cucu beserta sesepuh, selanjutnya nama dusun dirubah menjadi Sukoharjo.
Bersih dusun ini sudah berlangsung selama 8 tahun. Atas partisipasi dan kerja sama yang baik masyarakat Dusun Sukoharjo dengan anak-cucu, dan diharapkan anak-cucu bisa melaksanakan dan melestarikan acara Grebeg Suro untuk mengenang jasa Mbah Buyut Nolo Drono.
Ricoret Hendrik Kades Penggaron menyampaikan bahwa Grebeg Suro ini dalam rangka melestarikan adat yang ada. “Kegiatan Grebeg Suro ini dalam rangka melestarikan adat yang ada, dengan rangkaian acara Sabtu (12/07/2025) barik’an (doa bersama di Punden Eyang Nolo Drono), dengan puncak acara hari Minggu (13/07/2025) dengan karnaval budaya keliling Dusun Sukoharjo. Diikuti warga RT 01 RW 06 – RT 06 RW 06. Harapannya supaya masyarakat guyub rukun dan saling menghormati,” tuturnya.
Saat dikonfirmasi awak www.jatimkukini.com Suwaji, sesepuh Dusun Sukoharjo, yang merawat Punden Eyang Nolo Drono, menyampaikan Kirab Grebeg Suro ini menurut hitungan penanggalan Jawa dilaksanakan setiap tanggal 15 Suro. “Rangkaian acara kirab Grebeg Suro ini menurut hitungan penanggalan Jawa yaitu setiap tanggal 15 Suro diadakan barik’an (tasyakuran). Kirab dilaksanakan setelah acara barik’an, berdasarkan kesepakatan dengan dusun dan masyarakat agar kompak,” jelasnya.
“Asal usul nama Sukobendu menurut riwayat, Mbah Buyut Nolo Drono keluar dari Mojowarno atas perintah Mbah Abisai. Setelah dari Mojowarno, membuka lahan baru di Hutan Srandil. Dalam perantauan Mbah Buyut Nolo Drono, atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa menemukan sumber air di sebelah barat daya dari hutan, dan bertepatan dengan tanggal 15 Suro. Di situ juga ada pohon aren kebetulan di pohon aren itu ada pondoh (umbut aren) yang di dalamnya ada wol-wolan atau bendu_ (hewan sejenis ulat sagu). Karena menemukan bahan makanan di pohon aren itu, maka Mbah Buyut Nolo Drono bergembira. Saking gembiranya, beliau menamakan daerah itu Sukobendu. Pengambilan nama Sukobendu ini bukan berarti suka akan kesulitan (bebendu) tetapi merupakan bentuk kegembiraan menemukan bendu yang bisa dimakan,” imbuhnya.
“Untuk menghindari salah penafsiran makna Sukobendu, berdasarkan musyawarah bersama antara pemerintah Desa dan keturunan Mbah Buyut Nolo Drono, maka nama Dusun Sukobendu diubah menjadi Dusun Sukoharjo,” tandasnya.
Acara Grebeg Suro Dusun Sukoharjo berlangsung sangat meriah dengan semangat dan antusias warga yang mengikuti Grebeg Suro maupun masyarakat yang menyaksikan kirab budaya Grebeg Suro ini. (widya)